[caption id="attachment_11227" align="aligncenter" width="671"] Elfrianto, Ketua Asosiasi Pedagang dan Petani Cengkeh Indonesia (APPCI) Kabupaten Wajo[/caption]
INILAHCELEBES.ID, Wajo - Anjloknya harga cengkeh saat ini dinilai akibat dari penghentian pembelian cengkeh oleh beberapa perusahaan pabrikan, naiknya pajak cukai, dan pemerintah membuka impor cengkeh. Imbasnya, petani cengkeh mengalami kerugian, ditambah lagi biaya produksi petani yang tinggi seperti biaya pemetikan, konsumsi pemetik, biaya pemeliharaan, dan biaya transportasi.
Jika biaya produksi yang tinggi daripada pendapatan bisa membuat petani cengkeh akan beralih matapencaharian lain dan tanaman cengkeh bisa diganti tanaman yang lain. Apabila situasi ini terjadi cukup lama bisa mengancam kelangsungan komoditas cengkeh di Indonesia.
Padahal komoditas cengkeh merupakan komoditas padat kerja dan salah satu pendapatan utama masyarakat. Apabila harga cengkeh murah, maka juga mempengaruhi perputaran ekonomi atau pertumbuhan ekonomi.
Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pedagang dan Petani Cengkeh Indonesia (APPCI) Kabupaten Wajo, Elfrianto melalui rilisnya.
[caption id="attachment_11228" align="aligncenter" width="800"] Ilustrasi[/caption]
Elfrianto mengimbau kepada petani agar tidak menjual seluruh cengkeh di tahun 2019. Menurutnya, di awal tahun komoditas cengkeh di pasaran sudah mulai menipis, sehingga diprediksi akan terjadi kekosongan cengkeh. Oleh karena itu, petani dapat menyimpan hasil cengkehnya agar di tahun depan masih bisa dijual dengan harga yang tinggi.
“Petani saat ini sebaiknya tidak menjual seluruh cengkeh yang ada. Cukup untuk kebutuhan yang mendesak saja. Karena di awal tahun 2020 nanti, pabrikan akan melakukan pembelian cengkeh dan harga pasti akan naik, harapan bisa mencapai 100 ribu per kilonya,” ujar Elfrianto, Selasa (5/11/2019).
Elfrianto yang juga merupakan salah satu Anggota DPRD Kabupaten Wajo meminta kepada Pemerintah Kabupaten Wajo dan Provinsi Sulawesi Selatan untuk memberikan perhatian yang tinggi kepada petani cengkeh. Dia juga meminta ketegasan Menteri Perdagangan untuk mencabut atau menutup impor cengkeh di seluruh Indonesia.
"Pemerintah jangan menganaktirikan petani cengkeh. Berikanlah perhatian yang tinggi. Perlu diketahui, impor cengkeh sangat mengguncang pendapatan ekonomi bagi petani cengkeh di seluruh Indonesia. Bagaimana mungkin Indonesia membuka impor, sementara produksi dalam negeri sangat mencukupi. Saat ini Indonesia merupakan penghasil cengkeh terbesar di dunia dan juga kualitas nomor satu di dunia, kenapa harus import?” ujarnya. (Rls)
Editor: Fhyr
INILAHCELEBES.ID, Wajo - Anjloknya harga cengkeh saat ini dinilai akibat dari penghentian pembelian cengkeh oleh beberapa perusahaan pabrikan, naiknya pajak cukai, dan pemerintah membuka impor cengkeh. Imbasnya, petani cengkeh mengalami kerugian, ditambah lagi biaya produksi petani yang tinggi seperti biaya pemetikan, konsumsi pemetik, biaya pemeliharaan, dan biaya transportasi.
Jika biaya produksi yang tinggi daripada pendapatan bisa membuat petani cengkeh akan beralih matapencaharian lain dan tanaman cengkeh bisa diganti tanaman yang lain. Apabila situasi ini terjadi cukup lama bisa mengancam kelangsungan komoditas cengkeh di Indonesia.
Padahal komoditas cengkeh merupakan komoditas padat kerja dan salah satu pendapatan utama masyarakat. Apabila harga cengkeh murah, maka juga mempengaruhi perputaran ekonomi atau pertumbuhan ekonomi.
Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pedagang dan Petani Cengkeh Indonesia (APPCI) Kabupaten Wajo, Elfrianto melalui rilisnya.
[caption id="attachment_11228" align="aligncenter" width="800"] Ilustrasi[/caption]
Elfrianto mengimbau kepada petani agar tidak menjual seluruh cengkeh di tahun 2019. Menurutnya, di awal tahun komoditas cengkeh di pasaran sudah mulai menipis, sehingga diprediksi akan terjadi kekosongan cengkeh. Oleh karena itu, petani dapat menyimpan hasil cengkehnya agar di tahun depan masih bisa dijual dengan harga yang tinggi.
“Petani saat ini sebaiknya tidak menjual seluruh cengkeh yang ada. Cukup untuk kebutuhan yang mendesak saja. Karena di awal tahun 2020 nanti, pabrikan akan melakukan pembelian cengkeh dan harga pasti akan naik, harapan bisa mencapai 100 ribu per kilonya,” ujar Elfrianto, Selasa (5/11/2019).
Elfrianto yang juga merupakan salah satu Anggota DPRD Kabupaten Wajo meminta kepada Pemerintah Kabupaten Wajo dan Provinsi Sulawesi Selatan untuk memberikan perhatian yang tinggi kepada petani cengkeh. Dia juga meminta ketegasan Menteri Perdagangan untuk mencabut atau menutup impor cengkeh di seluruh Indonesia.
"Pemerintah jangan menganaktirikan petani cengkeh. Berikanlah perhatian yang tinggi. Perlu diketahui, impor cengkeh sangat mengguncang pendapatan ekonomi bagi petani cengkeh di seluruh Indonesia. Bagaimana mungkin Indonesia membuka impor, sementara produksi dalam negeri sangat mencukupi. Saat ini Indonesia merupakan penghasil cengkeh terbesar di dunia dan juga kualitas nomor satu di dunia, kenapa harus import?” ujarnya. (Rls)
Editor: Fhyr